PRINSIP KERJA SAMA DAN JENIS-JENIS MAKSIM

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh, makasih udah mampir, jangan lupa komen yah...


A.    prinsip kerja sama
           Cooperative principle atau sering disbut prinsip kerjasama. Prinsip ini biasanya terjadi antara pembicara dan pendengar atau prinsip kerjasama antara penutur dan petutur. Prinsip ini harus dimengerti oleh penutur dan petutur. Karena yang namanya kerjasama pasti setidaknya melibatkan dua orang atau bahkan lebih yang saling mengerti satu sama lainnya. Ketika penutur berbicara maka tugas petutur ialah mendengarkan, sedangkan ketika petutur berbicara maka sebaliknya tugas penutur yang gantian mendengarkan. Prinsip ini harus dijalankan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi. Karena didalam proses komunikasi antara penutur dan petutur ada sebuah hal yang ingin disampaikan berupa suatu tindak tutur yaitu pesan itu sendiri. Karena seyogyanya proses komunikasi yaitu proses menyampaikan pesan dari penutur kepada petutur ataupun sebaliknya.
B.     Jenis-jenis maksim
1)      Maksim kuantitas
         Pada maksim kuantitas setiap peserta percakapan diharuskan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan saja, dan tidak diperbolehkan memberikan informasi yang lebih daripada yang diperlukan
Ø  Contoh (1) yang sesuai :
X : Apakah kamu sudah makan ?
Y : Iya, sudah.
Ø  Contoh (2) yang tidak sesuai :
X : Apakah kamu sudah makan ?
Y : Belum, tadi saya mengerjakan tugas sehingga tidak sempat untuk makan.
         Pada contoh (1) adalah contoh tuturan yang sudah jelas informasinya, karena tanpa ditambah informasi yang lainpun tuturan tersebut sudah dapat dipahami maksudnya dengan jelas oleh mitra tutur.
         Pada contoh (2) penambahan informasi yang diberikan justru membuat tuturan menjadi panjang serta berlebihan dan tidak seusi dengan prinsip maksim kualitas yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan saja.
2)      Maksim kualitas
         Pada maksim kualitas setiap peserta percakapan diharuskan untuk memberikan informasi yang benar. Penutur maupun mitra tutur tidak diperbolehkan mengatakan hal-hal  yang dianggap salah, dan setiap percakapan hendaknya didukung oleh bukti yang memadai. Apabila dalam suatu pertuturan pada peserta tutur yang tidak mempunyai bukti yang memadai mungkin ada alasan-alasan tertentu yang mendasarinya
Ø  Contoh (1) yang sesuai :
X : Kamu tahu Mayang sekolah di mana ?
Y : Di SMKN 1.
Ø  Contoh (2) yang tidak sesuai :
X : Kamu tahu Mayang sekolah di mana ?
Y : Dia tidak sekolah di SMAN 4 seperti kita, tetapi di SMKN 1.
         Pada contoh (1) Y telah memberikan informasi yang benar, akan tetapi pada komunikais yang yang sebenarnya bertutur yang terlalu langsung serta tanpa basa-basi dengan disertai bukti-bukti yang jelas justru akan membuat tuturan menjadi terdengar kasar dan tidak sopan. Dengan kata lain, untuk bertutur yang santun seringkali maksim kualitas ini tidak dipatuhi dan tidak dipenuhi seperti pada contoh (2).
3)      Maksim relevansi
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.
Ø  Contoh (1) yang sesuai :
X : Dimana buku novelku ?
Y : Di meja belajarku.
Ø  Contoh (2) yang tidak sesuai :
X : Dimana buku novelku ?
Y : Saya mau makan dulu.
         Pada contoh (1) dapat dikatakan telah memenuhi ketentuan maksim relevansi, karena apabila dicermati tuturan yag disampaikan Y benar-benar tanggapan atas pertanyaan yang disampaikan oleh X , dengan kata lain tuturan tersebut patuh degan prinsip maksim relevansi.
4)      Maksim pelaksanaan
         Maksim pelaksanaan mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas dan tidak kabur.
Ø  Contoh (1) yang sesuai :
X : Siapa teman kamu yang gagah itu?
Y : Rey Mbayang.
Ø  Contoh (2) yang tidak sesuai :
X : Ayo cepat ditutup !
Y : Sebentar, masih dingin.
         Pada contoh (1) telah mematuhi maksim pelaksanaan, karena dalam percakapan tersebut penutur maupun mitra tutur menyampaikan tuturan secara langsung, jelas dan tidak kabur. Sedangkan pada contoh (2) konteks kata tersebut tidak jelas, tuturan X sama sekali tidak menjelaskan apa sebenarnya yang harus ditutup, begitupun dengan tuturan Y kata dingin pada tuturan tersebut mengundang banyak penafsiran, karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa sebenarnya yang masih dingin, oleh karena itu contoh dua dikatakan tidak sesuai.

Posting Komentar

0 Komentar